Hubungan Seksual Sebelum Menikah: Perspektif Satu Persen

Artikel Terbaik
Diaz Ajeng Pradila
4 Des 2020

Hallo Perseners!

Berikan kesempatan untuk gue untuk tetap memberikan tulisan terbaik apapun kondisinya ya. Gue harap semua Perseners tetap bisa menikmati dan mengambil pelajaran penting dari setiap konten atau tulisan yang Satu Persen berikan.

So, hope you enjoyed the article!

Kalau lo masih inget tulisan gue minggu lalu, gue janji untuk bahas masalah yang masih cukup tabu diperbincangkan di Indonesia, yaitu masalah pendidikan seksual. Pasti ada juga yang beranggapan: ‘wah seru nih untuk dibahas semoga bisa ngasih perspektif beda’. Mungkin ada juga beberapa yang beranggapan: ‘ih ngapain sih ngomongin kayak gitu gak pantes deh’.

Perbedaan pendapat wajar, tapi kali ini gue mau memberikan perspektif baru tentang suatu hal yang sangat penting untuk diketahui oleh semua orang. Jadi, gue harap lo baca tulisan ini sampai abis ya!

Alasan kenapa gue sangat ngotot pengen bahas topik ini karena menurut gue topik hubungan seksual ini penting banget untuk banyak orang. Gak cuma suami istri aja, justru anak muda, remaja yang belum menikah pun penting untuk tau hal ini.

Dan selagi ada wadah untuk gue membagikan hal yang penting ini, sayang rasanya kalau gak gue manfaatkan kesempatannya.

Kenapa gue bisa bilang topik terkait hubungan seksual bukan cuma urusan pasangan yang udah menikah?

Karena isu ini udah jadi masalah anak-anak remaja juga saat ini. Terbukti dari hasil riset yang menunjukan bahwa 33% anak remaja sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Dan hal ini menjadi permasalahan di kalangan usia remaja.

Kenapa itu bisa terjadi?

Karena menurut gue remaja di Indonesia belum teredukasi dengan baik. Mungkin mereka sendiri pun gak tau apa konsekuensi dari perilaku mereka.

Dan mungkin karena pendidikan seksual masih tabu di Indonesia juga, sehingga itu yang jadi salah satu faktor penyebab hubungan seksual sebelum nikah menjadi masalah remaja di Indonesia.

Salah satu bukti masih tabunya pendidikan seksual di Indonesia adalah beberapa respon dari penonton ketika Satu Persen membahas tentang pendidikan seksual kayak di atas ini.

Sebagian masyarakat masih menganggap tabu dalam membahas pendidikan seksual. Beranggapan kalau pendidikan seksual itu ngajarin free sex, padahal bukan seperti itu.

Akhirnya jadi problematika sendiri gitu. Ketika ada wadah untuk memberikan pendidikan seksual, respon masyarakat ada aja yang gak setuju, karena dianggap ngajarin yang gak bener.

Mau sampai kapan kita terus tabu dan diem aja kalau ngomongin pendidikan seksual?

Memang sulit untuk mengubah pola pikir atau persepsi yang udah terbentuk di lingkungan. Gue pun gak menyalahkan orang-orang yang gak setuju sama pendidikan seksual. Cuma menurut gue, pendidikan seksual sendiri itu penting untuk kehidupan seseorang di masa mendatang.

Karena pada dasarnya seks itu juga adalah kebutuhan manusia. Wajar kok seseorang punya hasrat seksual. Makanya harus ada pendidikan seksual, biar kita tuh bisa mengendalikan hasrat seksual kita dengan benar dan lebih terarah.

Mungkin idealnya pendidikan seksual itu kita dapat di sekolah. Tapi yang gue tahu, sekolah formal pun belum mengajarkan tentang pendidikan seksual. ‘Kan ada di sekolah pelajaran biologi bahas tentang organ reproduksi’. Itu beda dengan pendidikan seksual.

Contoh penggunaan kondom, kayaknya gak dibahas di pelajaran biologi deh. Padahal itu penting untuk kita tahu, karena memang ada barangnya di bumi ini kan. Sama aja kayak benda lain yang ada, harus tau itu apa, fungsinya untuk apa.

Terus kalau gak dikasih tahu tapi kita lihat ada barangnya, malah penasaran. Abis penasaran malah cari tau sendiri. Karena nyari tahu sendiri jadi gak teredukasi dengan benar.

Nah, mungkin sama kayak film porno. Karena seksual itu adalah kebutuhan yang naluriah kayak yang gue bilang di awal, banyak orang yang akhirnya cari tahu sendiri lewat film porno. Lo juga bisa lihat lagi video satu persen yang bahas tentang pornografi bisa mengajarkan hubungan seksual.

Hal itu terjadi, karena memang gak ada wadah yang bisa ngasih tau tentang seksual sendiri. Sedangkan film porno itu hanya sebatas entertainment aja, gak bisa jadi sumber pembelajaran.

Karena film porno punya dampak buruk, yaitu lo bisa kecanduan nonton film porno. Karena menurut Thomas G. Kimball, seorang profesor dari Texas Tech University, pengaruh pornografi begitu kuat karena pornografi bertindak seperti narkoba di dalam otak.

Bahkan, penelitian yang dilakukan oleh Love, Laier, Brand, Hatch, dan Hajela menemukan bahwa subjek yang melihat pornografi, menunjukan aktivasi wilayah otak yang mirip dengan reaksi ketika seseorang mengonsumsi obat untuk alkohol, kokain, dan nikotin.

Tapi balik lagi, orang yang minum alkohol gak semuanya kecanduan alkohol, dan mungkin sama orang yang nonton porno gak semuanya kecanduan. Tergantung bagaimana orang tersebut mengontrolnya.

Nah, itulah kenapa pendidikan seksual itu penting.

Karena rendahnya pendidikan seksual juga, bikin orang gak ngerti tentang consent melakukan hubungan seksual. Dan ini sering banget menimbulkan masalah. Contohnya, udah gak bisa dipungkiri lagi saat ini banyak orang yang masih pacaran udah melakukan hubungan seksual.

Gak jarang juga fenomena ini membuat masalah baru terjadi. Karena melakukan hubungan seksual tanpa consent yang jelas atau karena paksaan, akhirnya memunculkan penyesalan di kemudian hari.

Yang seharusnya hubungan seksual jadi pengalaman indah, malah jadi pengalaman traumatis. Akhirnya bisa mengganggu kesehatan mental juga, kan? Kalau lo mau cek kondisi kesehatan mental lo, lo bisa coba tes sehat mental.

Di sini pentingnya pendidikan seksual berperan. Toh pendidikan seksual juga bukan cuma ngebahas hubungan seksualnya aja kok, tapi semua yang berkaitan dengan seksualitas.

Dari gimana cara merawat organ reproduksi, penyakit apa aja yang bisa mengganggu organ reproduksi, atau konsekuensi dari melakukan hubungan seksual, sampai penggunaan dan fungsi alat kontrasepsi pun ada dibahas di pendidikan seksual.

Dengan begitu pendidikan seksual juga diharapkan bisa membuat seseorang aware dengan dirinya sendiri. Bisa menjaga kesehatan organ reproduksinya, mengerti juga tentang consent dalam hubungan seksual. Ketika sudah punya pasangan juga bisa mengkomunikasikan secara terbuka.

Mungkin banyak orang yang sudah menikah pun, masih segan untuk ngomongin hubungan seksual mereka dengan pasangannya. Karena balik lagi hal ini masih setabu itu.

Padahal hubungan seksual juga butuh dikomunikasikan. Dan hubungan seksual yang sehat itu harus menguntungkan untuk kedua belah pihak, makanya sangat perlu adanya komunikasi.

Terus apakah hubungan seksual sebelum nikah juga harus dikomunikasikan?

Jawabannya iya harus. Loh, kalau gitu boleh dong hubungan seksual sebelum menikah? Boleh atau gak lo sendiri yang tau jawabannya, kembali lagi ke pribadi masing-masing. Karena setiap orang punya nilai yang berbeda, setiap budaya pasti nilainya beda, setiap agama juga beda.

Contohnya di luar negeri umum banget yang namanya cohabitation atau tinggal bersama walaupun belum menikah. Cohabitation umumnya dilakukan untuk proses saling mengenal satu sama lain termasuk secara seksual, sebelum nantinya menikah untuk berjanji hidup bersama selamanya.

Budaya cohabitation ini jelas beda dengan common perception di Indonesia bahwa sebelum tinggal bareng harus menikah dulu, atau bisa-bisa dilabeli sebagai kumpul kebo.

Jangankan untuk tinggal bersama dan melakukan hubungan seksual, kadang orang pacaran pun sering mendapat stigma negatif dari masyarakat Indonesia. Jadi bisa dibilang, ada nilai-nilai budaya yang menahan seseorang untuk memenuhi kebutuhan seksualnya.

Untuk memenuhinya ya harus menikah dulu dan itu bukan sesuatu yang mudah juga. Sedangkan pada umumnya orang menikah sekitar umur 20 tahun ke atas, karena harus sekolah dulu, bahkan ada yang milih untuk kerja dulu.

Padahal di umur remaja akhir aja seseorang udah punya hasrat seksual, dan itu adalah kebutuhan naruliahnya. Tapi, terpaksa harus ditahan karena beberapa nilai budaya. Nah, makanya sekali lagi gue bilang, di sini pentingnya pendidikan seksual.

Terus pada usia berapa, seseorang sudah memiliki kebutuhan seksual?

Menurut beberapa studi dari luar, usia normatif seseorang aktif secara seksual mulai dari 15 tahun atau saat seseorang memasuki usia remaja.  Nah, karena itu sebelum memasuki usia tersebut seharusnya sudah mendapatkan pendidikan seksual. Agar saat memasuki usia aktif secara seksual sudah tahu dan lebih siap dalam menghadapinya.

Kalau secara biologis, seseorang dikatakan siap untuk melakukan hubungan seksual itu ketika udah memiliki organ reproduksi yang sudah matang. Mungkin lo juga udah pada tahu, kalau laki-laki ditandai dengan mimpi basah pertamanya dan perempuan dengan menstruasi.

Selain itu, sebelum lo melakukan hubungan seksual, harus tau dan siap menerima semua konsekuensinya. Konsekuensi yang paling mungkin terjadi adalah hamil.

Kalau nanti lo melakukan hubungan seksual terus lo atau pasangan lo hamil, lo harus udah tau harus melakukan apa. Ini juga berlaku untuk pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah ya.

Mungkin untuk pasangan yang sudah menikah kehamilan adalah suatu hal yang mudah diterima bahkan banyak diharapkan oleh banyak pasangan. Tapi, untuk pasangan yang belum menikah? Harus benar-benar dipikirkan, apakah diri lo udah siap menghadapi konsekuensi ini?

Nilai-nilai yang lo anut kayak nilai agama, budaya, dan norma juga harus jadi pertimbangan Dan pastinya ada konsekuensinya juga dari hal-hal ini. Sehingga, pertimbangkanlah sematang mungkin sebelum lo melakukannya.

Idealnya kalau lo emang mau berhubungan seksual sebelum nikah, ya silahkan aja. Tetapi, tetap ingat kalau konsekuensinya itu akan selalu ada. Salah satu konsekuensi paling ekstrem adalah hamil di luar nikah.

Tetapi, bisa jadi konsekuensinya juga timbul dalam bentuk keluarga ataupun lingkungan lo yang gak bisa menerima itu. Apakah lo juga udah siap menghadapi tanggapan orang-orang di lingkungan lo?

Konsekuensi besar lainnya yang mungkin bisa lo dapatkan apabila pendidikan seksual yang lo miliki kurang adekuat adalah terkena penyakit-penyakit menular seksual. Contohnya, HIV/AIDS, sipilis, dan lain-lain.

Penyakit-penyakit tertular seksual ini menurut gue adalah salah satu komponen dari pendidikan seksual yang kita masih belum dapat, padahal pengetahuan mengenai penyakit tersebut penting karena selain memengaruhi hubungan seksual dengan pasangan tetapi juga kesehatan lo secara umum.

Oleh karenanya, mulailah buat mengedukasi diri dengan lebih baik mengenai pendidikan seksual. Kelak, lo bisa melakukan hubungan serta kehidupan seksual yang juga sehat.

Dengan pemahaman mengenai pendidikan seksual yang cukup, lo juga bakal terhindar dari penyakit menular seksual, yang pada akhirnya akan merugikan lo juga.

Kalau di awal tadi pertanyaan: ‘hubungan seksual sebelum nikah itu boleh atau gak?’. Gue rasa bukan itu pertanyaan yang tepat. Mungkin gue akan balik nanya ‘Apakah lo udah siap menerima semua konsekuensi yang akan terjadi ketika lo melakukan hubungan seksual sebelum nikah?’

Karena balik lagi, pemenuhan hasrat seksual adalah kebutuhan semua manusia dan normal secara biologis dan itu adalah hak semua orang juga, jadi yang bisa menentukan boleh atau gaknya ya diri lo sendiri.

Oleh karenanya, pastikan bahwa baik lo dan pasangan lo juga sudah mempertimbangan semua konsekuensinya dan sama-sama memberikan consent saat melakukannya. Lo dan pasangan lo juga harus make sure udah tahu gimana hubungan seksual yang baik dan sehat. Lo bisa komunikasikan semuanya dengan pasangan lo juga.

Begitupun kalau lo ngerasa belum siap tapi pasangan lo mau, lo juga harus mengkomunikasikan secara asertif. Balik lagi komunikasi itu sangat penting. Apalagi kalau dua-duanya belum siap, its oke juga. Justru lo bisa mengajak pasangan lo untuk sama-sama belajar mengenai pendidikan seksual baik-baik.

Nah, Satu Persen saat ini hadir untuk ngajak lo, anak-anak muda Indonesia untuk sama-sama belajar pendidikan seksual dengan benar. Gak perlu lo anggap tabu lagi, karena ini akan membantu lo juga di kemudian hari. Satu Persen akan mengakomodasi pengetahuan untuk pendidikan seksual.

Selain membantu lo untuk memahami lebih dalam mengenai pemahaman consent, hingga penyakit seksual menular, pendidikan seksual juga bisa membantu lo ketika berhubungan seksual.

Jadi, nanti ketika lo udah siap melakukannya lo udah teredukasi dengan baik dan membuat pengalaman seksual lo dan pasangan lo juga lebih menyenangkan.

Ingat ya, pendidikan seksual itu bukan mengajarkan seseorang hal-hal yang porno ya. Kalau lo bisa punya perspektif yang lebih positif mengenai pendidikan seksual, generasi yang akan datang juga akan lebih bisa teredukasi. Lo akan bisa memberikan edukasi yang benar untuk anak-anak lo nanti misalnya.

Ke depannya, pendidikan seksual juga gak tabu lagi untuk disampaikan. Sehingga, pada akhirnya masyarakat indonesia akan tereduksi dengan baik mengenai pendidikan seksual.

Jadi, resapi ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dari video yang Satu Persen berikan setiap harinya. Karena dengan begitu akan membuat lo menjadi individu yang lebih berkembang, paling gak 1% setiap harinya. Kalo lo butuh cerita atau bantuan ahli supaya bisa berkembang setiap hari, lo bisa ikut layanan mentoring online dari Satu Persen ya.

Akhir kata, semoga semua tulisan gue, yang ini atau yang sebelumnya bisa lo ambil ilmunya dan bisa memberikan perspektif baru buat lo.

Gue Diaz, see you! <3

Reference

Love, T., Laier, C., Brand, M., Hatch, L., & Hajela, R. (2015). Neuroscience of internet pornography addiction: A Review and update. Behavioral Sciences, (5), 388-423.

Sumber Foto:

https://images.app.goo.gl/FDHvdMgNNWRoo4bV7

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.