Strategi Efektif Mengubah Kebiasaan Buruk Menjadi Positif

Self Development
Product Satu Persen
13 Nov 2023
Strategi Efektif Mengubah Kebiasaan Buruk Menjadi Positif

Halo, Perseners! Pernahkah lo merasa bahwa kebiasaan buruk yang tampak sepele, ternyata memiliki dampak besar yang tak terduga pada kesehatan mental kita? Dari menunda-nunda pekerjaan hingga menggigit kuku, kita sering tidak menyadari bagaimana kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menggerogoti kesehatan mental kita.

Baru-baru ini, sebuah penelitian mengejutkan mengungkapkan bahwa kebiasaan buruk tidak hanya sekadar pola perilaku negatif yang terjadi berulang-ulang, tetapi juga dapat berkembang menjadi kecanduan dan bahkan gangguan mental jika tidak dikendalikan. Hal ini membuka mata kita bahwa kebiasaan buruk lebih dari sekadar kebiasaan; mereka adalah lawan yang harus kita hadapi untuk menjaga kesehatan mental kita.

Tahukah lo bahwa rata-rata seseorang membutuhkan sekitar 66 hari untuk membentuk kebiasaan baru? Proses ini ditandai dengan peningkatan perilaku yang tidak disadari, yang awalnya meningkat cepat namun kemudian melambat setelah periode tersebut. Ini menunjukkan bahwa mengubah kebiasaan buruk tidaklah semudah yang kita bayangkan.

Menariknya, ada faktor penting dalam membedakan kebiasaan buruk dari kecanduan atau penyakit mental, yaitu elemen kemauan. Jika seseorang masih memiliki kendali atas perilakunya, maka itu masih merupakan kebiasaan. Niat baik dapat mengatasi efek negatif dari kebiasaan buruk, namun efeknya tampaknya independen dan aditif - kebiasaan buruk tetap ada tetapi diredam, bukan dibatalkan.

Waktu terbaik untuk memperbaiki kebiasaan buruk adalah segera, sebelum mereka menjadi terbiasa. Oleh karena itu, mencegah kebiasaan buruk terbentuk sejak kecil adalah langkah terbaik. Namun, bagi kita yang sudah terlanjur memiliki kebiasaan buruk, jangan khawatir, banyak teknik yang dapat membantu kita menghilangkan kebiasaan buruk setelah mereka menjadi kebiasaan. Salah satu metode yang efektif adalah mencoba sekuat mungkin untuk tidak menyerah pada kebiasaan tersebut selama antara 21 hingga 28 hari, kemudian memberi penghargaan pada diri sendiri di akhir periode tersebut. Jika kebiasaan tersebut masih ada, ulangi proses tersebut. Metode ini terbukti memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.

Jadi, Perseners, penting untuk memulai memahami lebih dalam tentang kebiasaan buruk ini. Dari faktor apa saja yang menyebabkan seseorang bisa kecanduan kebiasaan buruk? Bagaimana cara kita mengatasi dan membebaskan diri dari cengkeraman kebiasaan buruk ini?

Faktor-Faktor yang Memicu Kecanduan Kebiasaan Buruk

Di bagian sebelumnya, kita telah membahas bagaimana kebiasaan buruk bisa menjadi lawan tersembunyi kesehatan mental kita. Sekarang,kita bahas faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kecanduan kebiasaan buruk tersebut.

  1. Pemicu Emosional: Emosi negatif seperti stres, kebosanan, dan kecemasan sering menjadi pemicu utama pembentukan kebiasaan buruk sebagai cara mengatasi emosi tersebut. Misalnya, seseorang mungkin makan lebih banyak saat bosan atau merasa lelah, minum lebih banyak atau merokok saat stres, dan menunda-nunda karena tidak merasa senang dengan tugas yang dihadapi.
  2. Pemicu Lingkungan: Lingkungan fisik dan sosial memiliki peran penting dalam membentuk perilaku dan memicu kebiasaan buruk. Lokasi tertentu atau pengaturan sosial dapat berkontribusi pada penguatan kebiasaan buruk.
  3. Kurangnya Kesadaran Diri dan Pengendalian Diri: Kebiasaan buruk bisa muncul dari kurangnya kesadaran diri dan pengendalian diri. Individu mungkin beralih ke kebiasaan tidak sehat untuk mengisi waktu, mencari hiburan, atau mengatasi emosi yang sulit.
  4. Siklus Kebiasaan: Setiap kebiasaan buruk memiliki pemicu dan memberikan hadiah jangka pendek, yang berkontribusi pada penguatan siklus kebiasaan. Mengidentifikasi pemicu ini penting untuk memahami dan mengatasi kebiasaan buruk.
  5. Stres dan Kebosanan: Stres dan kebosanan adalah pemicu umum untuk kebiasaan buruk seperti makan berlebihan, merokok, atau menunda-nunda. Menemukan cara sehat untuk mengelola stres dan kebosanan penting untuk mengatasi kebiasaan buruk yang terkait dengan stres.

Menjadi sadar akan kebiasaan buruk dan pemicu emosional yang menyebabkannya adalah kunci untuk mengendalikannya. Kita perlu menyadari kebutuhan fisiologis dan emosional kita dan bagaimana kebiasaan buruk terkait dengan pemicu emosional tersebut. Mengetahui ini, kita bisa melakukan intervensi dalam siklus kebiasaan sebelum kebiasaan tersebut terbentuk.

Kenapa Kecanduan Kebiasaan Buruk Mempengaruhi Kesehatan Mental?

Setelah memahami faktor-faktor yang menyebabkan kecanduan kebiasaan buruk, penting untuk mengetahui mengapa kebiasaan-kebiasaan ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental kita.

  1. Dampak Negatif pada Suasana Hati: Kebiasaan buruk dapat mempengaruhi suasana hati kita secara negatif, menyebabkan perasaan tidak bahagia, tidak puas, dan mudah marah. Kebiasaan seperti perfeksionisme negatif, misalnya, dapat menimbulkan ketidakpuasan dan merasa tidak layak, yang pada akhirnya berkontribusi pada stres, kecemasan, dan masalah tidur.
  2. Gaya Hidup Sedentari: Gaya hidup sedentari, seperti menghabiskan terlalu banyak waktu di telepon, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, menyebabkan gejala depresi dan meningkatkan risiko terjadinya demensia.
  3. Kebiasaan Makan yang Tidak Sehat: Mengonsumsi makanan yang tinggi gula, lemak, atau sangat diproses dapat memperburuk kesehatan mental dan berkontribusi pada gejala kecemasan dan depresi.
  4. Penyesalan dan Pengulangan Pikiran: Kebiasaan menyesali keputusan dapat menyebabkan depresi, kecemasan, masalah tidur, dan kesulitan berkonsentrasi, serta berdampak negatif pada kesehatan fisik.
  5. Dampak pada Kesejahteraan Keseluruhan: Kebiasaan buruk dapat mempengaruhi kesejahteraan keseluruhan kita, menyebabkan perasaan lesu, sedih, dan mudah marah, serta menghambat kita dari hidup sepenuhnya.

Memahami dampak kebiasaan buruk terhadap kesehatan mental sangat penting bagi kita untuk mengenali dan mengatasi perilaku ini. Dengan mengidentifikasi dan mengatasi kebiasaan ini, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Cara Melepaskan Diri dari Kecanduan Kebiasaan Buruk

Setelah mengetahui dampak negatif kebiasaan buruk terhadap kesehatan mental, penting bagi kita untuk memahami bagaimana cara melepaskan diri dari cengkeraman kebiasaan buruk tersebut.

  1. Ganti Kebiasaan Buruk dengan Perilaku yang Lebih Sehat: Alih-alih hanya menghilangkan kebiasaan buruk, seringkali lebih efektif untuk menggantinya dengan perilaku yang lebih sehat yang dapat memenuhi kebutuhan yang sama. Ini dapat membantu memenuhi kebutuhan yang sebelumnya diatasi oleh kebiasaan buruk tersebut.
  2. Kesadaran dan Pelacakan: Melacak frekuensi kebiasaan buruk dapat membuat seseorang lebih sadar akan perilakunya dan memberikan wawasan untuk menghentikannya. Ini dapat dilakukan dengan mencatat berapa kali kebiasaan buruk terjadi setiap hari.
  3. Perubahan Pemikiran: Perubahan jangka panjang memerlukan perubahan pemikiran. Ini melibatkan pengakuan akan kebutuhan untuk berubah, menyerah pada perubahan pemikiran, dan mempraktikkan perilaku baru yang dirancang untuk menggantikan yang lama.
  4. Identifikasi Pemicu Emosional: Kebiasaan buruk seringkali berasal dari pemicu emosional. Menjadi sadar akan pemicu ini dan memahami petunjuk emosional yang mengarah ke kebiasaan dapat membantu individu merespons berbeda dan memutus siklus kebiasaan.
  5. Mencari Dukungan: Mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional dapat memberikan dorongan dan akuntabilitas saat mencoba melepaskan diri dari kebiasaan buruk.

Dengan menerapkan strategi ini, individu dapat bekerja untuk melepaskan diri dari kebiasaan buruk dan menciptakan perilaku yang lebih sehat dan positif.

Kesimpulan

Perseners, kita telah membahas tentang kebiasaan buruk dan dampaknya terhadap kesehatan mental. Mulai dari memahami apa itu kebiasaan buruk, faktor-faktor yang menyebabkan kecanduan kebiasaan buruk, dampak negatifnya terhadap kesehatan mental, hingga strategi untuk melepaskan diri dari kebiasaan tersebut. Semua ini adalah langkah penting dalam perjalanan kita menuju perubahan yang lebih positif dan sehat.

Ingatlah, perubahan tidak terjadi dalam semalam. Membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan terkadang dukungan dari orang lain. Tidak ada salahnya untuk meminta bantuan ketika kita merasa kesulitan. Bahkan, mencari dukungan dapat menjadi kunci untuk berhasil mengatasi kebiasaan buruk dan mewujudkan versi terbaik dari diri kita.

Buat lo yang butuh bimbingan dan dukungan untuk bebas dari kebiasaan buruk ini, lo bisa mengikuti konseling. Dengan konseling, lo bisa menemukan cara yang tepat untuk menghadapi tantangan, merencanakan perubahan, dan tentunya, mengimplementasikan strategi yang efektif untuk mengganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan yang lebih sehat.

Tidak perlu ragu atau malu, karena setiap langkah yang lo ambil adalah bagian dari proses pertumbuhan. Yuk daftar di sini, ingat setiap orang memiliki kekuatan untuk mengubah hidupnya. Tidak peduli seberapa besar atau kecil langkah yang kita ambil, yang terpenting adalah kita terus bergerak maju. #HidupSeutuhnya.


Referensi:

  1. American Psychological Association. (2020, November 01). Harnessing the power of habits. https://www.apa.org/monitor/2020/11/career-lab-habits
  2. Williams, T. (2023). Bad Habits: Definition, Examples, and How to Break Them. The Berkeley Well-Being Institute. https://www.berkeleywellbeing.com/bad-habits.html
  3. English Class101. (2023). 10 Bad Habits. https://www.englishclass101.com/lesson/absolute-beginner-american-english-for-every-day-167-10-bad-habits?lp=137
  4. Thesaurus.com. (2023). 13 Synonyms & Antonyms for BAD HABIT. https://www.thesaurus.com/browse/bad%20habit
  5. The Berkeley Well-Being Institute. (2023). Bad Habits: Definition, Examples, and How to Break Them. https://www.berkeleywellbeing.com/bad-habits.html
  6. Marsh, P. (2001). In Praise of Bad Habits. Institute for Cultural Research. http://www.sirc.org/publik/bad_habits_refs.shtml





Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.