Realita Masalah Romansa yang Sering Terjadi

Artikel Terbaik
Diaz Ajeng Pradila
20 Nov 2020

Halo, Perseners! Rasanya baru kemarin gue publish tulisan gue, sekarang udah hari Jumat lagi aja. Seperti biasa gue akan menyuguhkan tulisan yang bisa bikin lo punya perspektif baru. Kalau kemarin gue udah coba bahas tentang isu kesehatan mental dan pendidikan, untuk kali ini gue mau ajak lo berdiskusi masalah hati :D.

Sebelum besok lo pergi malam mingguan, coba lo baca tulisan gue ini dulu. Setelah lo baca, bisa banget jadi bahan diskusi sama pasangan lo. Buat yang masih jomblo? It's oke juga, kok. Karena menurut gue, tulisan ini penting untuk lo tau, sebelum lo membangun sebuah hubungan.

Well, ada gak sih yang pernah ngerasain punya pacar tapi gak bahagia? Punya pasangan tapi banyak galaunya. Mending jomblo aja terbebas dari galau. Loh? Bukannya ketika kita punya pasangan itu bisa bikin kita lebih happy ya? Sayangnya belum tentu.

”Cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan”- Izard

Menjalin hubungan romantis itu kayak lo naik roller coaster *curhat*. Karena kadang kita tuh ngerasa happy yang happy banget, eh tiba-tiba galau ya galau banget juga.

Contohnya, pagi-pagi seneng banget karena pacar lo ngirim makanan kesukaan, eh malamnya udah dibuat galau karena chat gak bales berjam-jam. Sedih lagi, galau lagi, overthinking lagi. Akhirnya berantem. ‘Kamu kok gak bales chat aku sih?’ ‘kamu pergi kemana? Sama siapa?’. Huft.

Buat yang lagi PDKT seminggu chatan aman, dua minggu makin manis, tiga minggu makin mesra, empat minggu chatan eh besoknya gebetan ghosting. WA tiba-tiba diblokir tanpa sebab, DM Instagram gak dibales-bales. Akhirnya muncul perasaan negatif, ‘Semua cowok sama aja!’. Nyesel karena udah bawa perasaan, tapi ujung-ujungnya ditinggalin. Ke depannya malah takut lagi buat PDKT.

Terus ada gak sih waktu PDKT manis dan happy banget, eh pas udah jadian malah tiap hari berantem? Sesekali berantem sih wajar ya, tapi kalau tiap hari berantem? Ada aja masalahnya. Masalah sepele aja bisa jadi ribet dan gak tau solusinya gimana. Gak bisa menyelesaikan konflik malah jadi toxic. Akhirnya sama-sama capek terus putus. Galau lagi. Ujung-ujungnya susah move on, jadi masalah lagi.

Complicated benget, ya? Tapi, coba deh lo analisis dikit, kalau menurut gue, masalah di atas sebenernya punya akar, yaitu di masalah komunikasi aja. Mungkin aja sebuah masalah bisa gak jadi ribet kalau kita bisa mengkomunikasikannya secara jelas.

Gebetan nge-ghosting misalnya, masalah komunikasi apa, sih yang terjadi dalam kasus ini? Coba deh, sebelum menyalahkan gebetan lo nih, refleksi ke diri sendiri dulu. Apakah selama ini lo udah mengkomunikasikan perasaan lo ke dia? Atau selama ini lo cuma kode-kodean doang?

Buat lo yang cuma kode-kodean terus di ghosting, mungkin kode lo gak nyampe. Si gebetan ngira lo gak punya perasaan apa-apa, makanya dia ghosting gitu aja. Atau mungkin memang orang yang lo anggap gebetan ini, gak punya maksud dan tujuan buat deketin lo. Yah, sekadar cari temen aja, gitu. Sedih ya, tapi kadang itu yang terjadi :’).

Nah buat lo yang suka ghosting, daripada lo menyakiti perasaan orang lain. Mending lo ngomong aja apa yang lo rasakan. Karena pasti ada alasan dibalik ghosting itu. Entah itu ilfeel, bosen, atau emang gak cocok. Lo sampaikan aja dengan baik. Biar dia juga ngerasa jelas dan lebih bisa menerima. Jadi, coba komunikasikan dengan baik!

Mungkin sebagian besar  orang gengsi buat mengkomunikasikan perasaannya ke orang lain. Karena gengsi itu, akhirnya cuma sebatas kode-kodean doang. Mending kalau kodenya bisa diartikan dengan baik, kalau gak? Kemungkinan besar ya, berantem aja kan.

Mungkin buat orang yang udah pacaran bahkan udah menikah sekalipun, masih sering miskomunikasi. Nah, buat lo yang suka ngediemin pasangan lo tiba-tiba karena dia ngelakuin hal yang gak lo suka, dan lo berharap dia tau apa yang lo rasakan. Ingat kalo mereka bukan cenayang yang bisa baca isi hati dan pikiran lo.

Nah, menurut Andrew G. Marshall, seorang terapis pernikahan, kegagalan dalam suatu hubungan itu gak melulu disebabkan karena suatu masalah, tapi karena gak bisa berkomunikasi dengan baik aja.

Dan sebenernya skill komunikasi itu bisa dipelajari kok, tapi memang kita gak pernah diajarin secara detail gimana cara berkomunikasi yang baik itu. Padahal itu salah satu skill yang penting dalam kehidupan, kan?

Komunikasi itu juga bukan cuma untuk hubungan romantis aja, bisa diaplikasikan di pekerjaan, hubungan pertemanan, atau hubungan keluarga juga. Ya intinya lo harus punya skill komunikasi yang baik dulu sebelum lo mau punya hubungan sama orang lain.

Sebelum mulainya suatu hubungan serta melatih bagaimana cara berkomunikasi, penting juga bagi kita untuk mengetahui diri kita sendiri. Kita harus bisa juga berkomunikasi baik dengan diri kita. Kita harus aware dulu sama diri kita.

Kayak kurikulumnya Satu Persen, self-knowledge adalah salah satu hal penting untuk kita mengenali diri dan menentukan tujuan hidup dalam jangka panjang. Baru deh setelahnya kita bisa bergerak ke berkomunikasi serta berhubungan dengan orang lain dengan baik.

Apa selama ini lo udah paham diri lo sendiri? Apa sih yang lo harapkan dari hubungan yang mau lo jalanin? Coba lo gali diri lo sendiri, lo harus tau batasan apa ketika lo menjalani hubungan, aware juga sama nilai dan prinsip yang lo punya. Simply lo tau love languages lo itu apa.

Well, buat yang belum tau love languages, coba cek!

Tes Sekarang: Cari Tahu Love Language Kamu, Yuk!

Sebelum lo memutuskan untuk mulai menjalin hubungan, ada baiknya lo kenal diri lo sendiri dulu atau punya self-awareness. Self-awareness ini penting saat kita mau memulai hubungan sama orang, kita bisa disclosure dengan baik. Lo bisa nunjukin dengan terbuka kayak ini loh gue, ini loh prinsip yang gue punya, gitu. Begitupun sebaliknya lo harus tau gimana pasangan lo. Jadi, saat lo PDKT, lo sama si dia bisa lebih mudah untuk saling mengenal satu sama lain.

Setelah mengerti diri lo sendiri, lo harus bisa mengkomunikasikan itu semua ke gebetan atau pasangan lo. Itu adalah hak lo untuk mengkomunikasi apa yang lo rasakan, apa yang lo harapkan. Komunikasikanlah secara asertif, jadi dia bisa lebih mengenal dan menerima lo dengan baik juga.

Komunikasi pikiran dan perasaan ini gak cuma untuk orang yang lagi PDKT aja, saat lo pacaran atau sudah menikah nanti komunikasi ini adalah satu hal yang penting. Karena lo dan dia akan selalu berproses pasti akan terjadi perubahan sikap, pikiran atau apapun itu. Ini yang harus lo komunikasikan. Dan menurut gue, kalau gebetan atau pasangan kita orang yang baik pasti bisa kok diajak ngobrol pelan-pelan, mereka juga pasti akan berusaha mengerti kita lebih mudah.

Misalnya kalau lo udah pacaran, pasangan lo pengen melakukan hubungan seksual pranikah. Sedangkan lo punya prinsip gak mau melakukan hubungan seksual sebelum lo menikah.

Menurut gue, sebelum lo mengiyakan keinginan pasangan lo ini, komunikasikan dulu apa prinsip yang lo punya. Kasih tau kalau lo itu punya prinsip gini, lo gak mau melakukan itu karena ini. Terus cari solusinya bareng-bareng. Menyayangi seseorang bukan berarti kita harus selalu mengiyakan apa keinginannya loh.

Jadi, kurang tepat kalau lo langsung mengiyakan tanpa pikirin konsekuensinya itu apa, tanpa mikirin dampak apa yang terjadi dalam diri lo. Mungkin suatu saat akan bikin lo nyesel? Nah, mungkin akan jadi topik untuk tulisan gue selanjutnya, biar Perseners juga bisa terbuka soal topik yang tabu ini.

Dari tadi gue ngomong kemampuan berkomunikasi yang baik sangat penting dalam membangun sebuah hubungan, tapi kita sendiri mungkin gak pernah diajarin gimana caranya komunikasi yang baik itu sendiri. Sampai saat ini, gue sih belum pernah denger cara berkomunikasi itu diajarkan di sekolah. Gue sendiri belajar komunikasi yang baik itu setelah gue lulus sekolah. Dan kayaknya gak pernah diajarin sedetail itu ya.

Nah, mungkin itu sebabnya banyak masalah yang terjadi dalam hubungan romansa, yang sebenernya masalah sepele. Ujung-ujungnya bikin galau. Kecewa karena pasangan lo gak sesuai ekspektasi lo.

Padahal lo sendiri bisa aja belum ngasih tau apa ekspektasi lo ke pasangan. Kadang yang bikin kita kecewa itu ekspektasi kita sendiri. Kita terlalu berharap dia bisa A, B, C tanpa kita komunikasikan A, B, Cnya itu apa. Akhirnya bikin kecewa sendiri.

Yuk, coba mulai pelajari gimana sih cara untuk berkomunikasi dengan baik itu!

Saat lo menjalin hubungan dengan siapapun, coba deh untuk berkomunikasi dengan asertif. Menjadi asertif di sini, ketika kita menggunakan hak yang kita miliki untuk mengekspresikan perasaan yang sedang kita rasakan, ngasih tau apa kebutuhan kita, dan meminta sesuatu yang kita inginkan.

Wajib lo ingat juga ketika lo berkomunikasi asertif, lawan bicara lo pasangan, gebetan atau teman lo punya hak juga untuk bilang gak. Hak dia untuk gak setuju sama pemikiran lo. Karena lo dan dia punya hak yang sama untuk didengarkan, lo dan dia ada di derajat yang sama.

Caranya gimana lo bisa pake teknik namanya 'I statement'. Saat lo merasakan perasaan gak nyaman lo bisa bilang:

‘Aku ngerasa kesel, waktu tau kamu chattingan sama si A, aku berharap kamu bisa jaga jarak sama si A’

Kalau lo bisa berkomunikasi kayak gini, pasangan lo juga akan merasa lebih dihargai. Instead of lo marah-marah gak jelas, maksud lo juga gak akan nyampe. Masalah makin ribet yang ada.

Begitupun sebaliknya, ketika pasangan lo lagi coba menyampaikan perasaannya, coba tenang dulu. Dengerin apa maksudnya, kasih respon yang membangun. Respon dengan positif ‘iya aku ngerti maksud kamu, tapi kamu juga harus tau aku ini gak ada apa-apa sama si A. Dan aku harap kamu bisa percaya sama aku ya’.

Lo juga berhak untuk gak setuju sama pasangan lo, dan lo bisa komunikasikan dengan baik. Perbedaan pendapat dalam hubungan itu sangat wajar, yang jadi masalah adalah ketika kita kurang bisa menyampaikannya dengan baik dan benar.

Andrew G. Marshall dalam bukunya yang berjudul I love You But You Always Put Me Last, ngasih tau tips gimana cara kita menghadapi perbedaan pendapat lebih positif. Lo bisa compromise, cari win-win solution-nya gimana.

Bisa juga dengan cara negosiasi untuk mencapai kesepakatan bersama, misalnya lo mau nonton film horror dan makan di Bakmi GM tapi dia pengen nonton action dan makan di McD. Bisa negosiasi dulu ‘gimana kalau nonton film action tapi makannya di Bakmi GM’. Jadi dua-duanya dapet apa yang diinginkan.

Tips selanjutnya bisa agree to differ, maksudnya apa? Ketika lo pengen A dia pengen B, dan gak menemukan jalan tengahnya, ya udah gak usah melakukan A dan B. Jadi sama-sama gak dapet apa yang diinginkan.

Tips terakhir, back down, ketika lo pengen pergi ke mall tapi dia pengen pergi ke perpustakaan. Nah coba pilih mana yang lebih penting. Apa alasan lo pengen pergi ke mall, apa alasan dia pergi ke perpustakaan. Pilih mana yang lebih penting, misalnya alasan dia pengen ke perpus karena harus nyari buku untuk tugas kuliah. Ya coba lah lo ngalah dulu sekali, instead of lo mempertahankan keinginan lo yang sebenernya gak ada alasan yang penting juga.

Panjang ya haha. Tapi memang itulah harga yang perlu kita bayar buat berada di dalam hubungan, dari pertemanan, keluarga, hingga sama pasangan.

Pada akhirnya, semua hal ini balik lagi ke pribadi masing-masing. Cuma lo dan dia yang tau gimana cara yang terbaik dalam berkomunikasi. Kuncinya ada di pilihan lo dan dia juga, mau diselesaikan atau mau diabaikan gitu aja. Yang jelas mengabaikan masalah bukan solusi efektif ya.

Hal-hal yang sebenarnya penting kayak gini gak diajarkan secara formal, padahal cukup penting. Nah, di sini peran Satu Persen hadir. Udah banyak banget video yang ngebahas masalah dalam hubungan romansa.

Satu Persen juga ngajarin lo bagaimana cara berkomunikasi dengan baik, skill-skill penting yang gak kita dapet di sekolah. Bahkan orang tua pun jarang ngajarin. Padahal kita butuh untuk tau dan punya skill-skill dasar ini.

Dengan hadirnya Satu Persen sebagai Life School terbesar di Indonesia, sangat membantu kita semua dalam mengatasi masalah-masalah romansa yang terjadi. Buat lo yang sering galau, coba deh sering nonton YouTube-nya Satu Persen. Gue yakin akan bikin lo ngerasa lebih baik. Atau kalau belum ngerasa lebih baik juga lo bisa ikut konsultasi bersama psikolog terbaiknya Satu Persen.

Part--1---Introduction-to-Digital-Marketing-5

Akhir kata, jangan pernah berhenti untuk mempelajari diri sendiri, mengerti diri sendiri, dan mencintai diri sendiri dulu, sebelum lo melakukannya untuk orang lain. See you!<3

Reference

Marshall, A. G. (2013). I Love You But You Always Put Me Last. UK: Pan Macmillan.

Bagikan artikel

Disclaimer

Jika Anda sedang mengalami krisis psikologis yang mengancam hidup Anda, layanan ini tidak direkomendasikan.

Silakan menghubungi 119.